Gerak Rancak Tari Dolalak
Gerak Tari Dolalak |
Tari
Dolalak merupakan salah satu warisan
budaya yang dilestarikan di desa Kaligono. Mayoritas dusun di desa ini memiliki
kelompok-kelompok Dolalak yang rutin
mengadakan latihan dan juga melaksanakan pementasan, seperti di dusun Jeketro,
Jetis, dan Klesem. Tidak hanya terkenal dan berkembang pesat di tiga dusun
tersebut, tari Dolalak juga telah menjadi salah satu aset penting kabupaten Purworejo
yang dipromosikan di seantero nusantara sampai ke mancanegara.
Dolalak |
Keberadaan
tari Dolalak pada mulanya sangat terkait dengan zaman kolonialisme Belanda.
Waktu itu, serdadu Belanda sering mengadakan pesta dansa bersama dengan iringan-irangan musik rancak serta disertai minum minuman beralkohol sampai mabuk.
Melihat keadaan tersebut, banyak warga pribumi yang sejatinya tidak nyaman.
Untuk mengekspresikan ketidaknyamanan
tersebut, warga kemudian memilih membuat tarian
yang bermaksud menyindir perilaku serdadu Belanda. Itulah mengapa
kemudian, tarian Dolalak yang sekarang dikenal masyarakat penarinya memakai
baju khas serdadu Belanda seperti baju
lengan panjang, celana pendek warna hitam, tanda pangkat di bahu, rumbai di
bahu dan dada, topi pet, selendang atau sampur,
kacamata hitam serta disertai pula dengan adegan mendem atau hilang kesadaran.
Gerakan-gerakannya pun juga bukan gerakan tari penuh pakem dan aturan,
namun gerakan yang bebas dan ekspresif
sesuai dengan tingkah laku serdadu Belanda pada waktu itu yang berdansa sesuka hati. Nama Dolalak pun juga sejatinya diadopsi dari
kebiasaan serdadu Belanda pada waktu itu
yang menari diiringi musik-musik penuh nada, namun yang terdengar oleh telinga
orang pribumi hanyalah nada do-la-la sehingga disebutlah tarian tersebut dengan nama Dolalak.
Tari
Dolalak memiliki karateristik khas yang berbeda dengan tarian
lainnya. Salah satu yang mencolok adalah
adanya adegan mendem atau hilang kesadaran diri dari penarinya saat
mencapai titik klimaks tarian. Adegan ini mengandung unsur religius-mistis
karena untuk memasukkan sekaligus mengeluarkan arwah gaib yang masuk ke tubuh penari membutuhkan
ritual-ritual khusus disertai doa-doa. Gerakan mendem inilah yang juga
membuat tarian Dolalak memiliki gerakan-gerakan rancak nan ekspresif disertai
dengan iringan musik dari gamelan.
Usaha
untuk melestarikan Dolalak dimulai sekitar tahun 1978. Perkumpulan Dolalak
mengalami pasang surut hingga vakum. Namun, 3 tahun terakhir, aktivitas Dolalak
dapat berjalan lancar dan dapat melakukan latihan rutin. Bermula dari keinginan
untuk menjaga kelestarian kebudayaan dan rasa cinta terhadap kebudayaan daerah
setempat, para pemuda dusun berinisiatif untuk membentuk perkumpulan Dolalak.
Perkumpulan tersebut diberi nama Dolalak Mekar Wukir Sari. Dolalak Mekar Wukir
Sari merupakan tarian Dolalak klasik, sehingga masih mempertahankan teks lagu
asli namun dapat ditambah lagu lain, fleksibel sesuai permintaan pun bisa. Lagu
tambahan dapat lagu dangdut dan bahkan lagu lagu yang berisi sindiran.
Awal Dolalak
masuk ke Kaligono, mulai berkembang dari kecamatan Loano oleh Rejo Taruno,
Duliyat, dan Ronodimejo. Setelah itu berkembang di Kaliharjo, Pacekelan,
Jeketro, Jetis, Tileng, Klesem. Pengaruh Belanda juga terlihat pada pakaian
yang digunakan oleh para penari yaitu baju lengan panjang, celana pendek warna
hitam, tanda pangkat dibahu, rumbai dibahu dan dada, topi pet, selendang atau
sampur, dan kacamata hitam. Tari Dolalak mencapai puncaknya ketika sudah ada
pemain yang mendem. Mendem adalah bahasa masyarakat Kaligono untuk menyebut
kesurupan. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Dolalak diantaranya
bedug, kendang, rebana. Nama kelompok
kesenian Dolalak yang ada di desa Kaligono yaitu: Mergo Lestari di dusun Jetis,
Lestari Budoyo di dusun Klesem, dan Mekar Wukir Sari di dusun Jeketro. Mulai
tahun 90-an kelompok kesenian Dolalak di dusun Klesem berubah nama dari Margo
Lestari menjadi Lestari Budoyo. Dolalak di dusun Klesem memiliki keunikan
tersendiri dimana alat musik yang digunakan masih berupa alat musik tradisional
tanpa sentuhan alat musik modern.
Penari Dolalak |
Dolalak Kaligono |