Nuansa Religi Kesenian Soyar Maole
Nuansa Religi Kesenian Soyar Maole |
Soyar
Maole merupakan salah satu
kesenian yang menjadi potensi budaya dari desa Kaligono. Konon
dikisahkan, awal mula berkembangnya kesenian ini di desa Kaligono dipengaruhi
oleh masuknya agama Islam di Purworejo dan cara berdakwah pada masa tersebut yang
mengakulturasikan antara agama dengan kesenian. Nama Soyar Maole diperoleh dari perpaduan kata Soyar yang artinya ngandakakke
kandhane wong liyo (berdakwah) dan Maole
yang artinya waktu panjang sehingga
jika digabungkan maka Soyar Maole
diartikan berdakwah dalam waktu lama.
Soyar Maole |
Secara
umum, kesenian Soyar Maole tidak berbeda jauh dengan kesenian rebana atau hadroh. Kedua kesenian tersebut
sama-sama kuat dalam menampilkan nuansa
religi sebab keduanya memadukan
antara musik dengan kitab Berjanjen
atau puji-pujian Tuhan. Perbedaannya, jika Rebana memakai alat musik utama
berupa rebana dengan ukuran yang sama, namun jika Soyar Maole memakai rebana
atau sapuan terbang dengan ukuran bervariasi mulai dari yang besar, sedang,
sampai kecil serta dilengkapi pula dengan alat musik kendang. Selain itu, untuk
lagu-lagu yang dimainkan, Soyar Maole
lebih berfokus pada sholawat berbahasa Jawa, sedangkan rebana tidak hanya memainkan sholawat dalam
bahasa Jawa namun juga dapat memainkan sholawat dalam bahasa Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, Soyar
Maole banyak pula dikreasikan dengan
berbagai variasi misalnya dalam hal lagu
pengiring yang dimainkan merupakan
lagu-lagu modern.
Soyar
Maole di desa Kaligono berkembang di beberapa dusun seperti Jetis dan Wonorejo.
Soyar Maole dimainkan oleh sekelompok orang dengan anggota grup berkisar 10
orang, 5 orang sebagai pemain alat musik dan 5 lainnya menyanyikan lagu-lagu
khas Soyar Maole. Pada umumnya Soyar Maole dimainkan oleh anggota grup yang
semuanya laki-laki. Namun, tidak menutup kemungkinan Soyar Maole dimainkan oleh
anggota perempuan. Soyar Maole sendiri saat ini biasanya dimainkan oleh anggota
grup yang mayoritas sudah berkeluarga, bukan anak muda.
Pada
perkembangannya, Soyar Maole kini mulai mengadaptasi lagu-lagu yang akrab di
telinga masyarakat. Biasanya grup akan mengubah lirik dari lagu yang dikenal
baik oleh masyarakat dengan lirik sesuai yang diinginkan. Hal ini bertujuan agar pesan yang ingin
disampaikan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Soyar Maole biasanya
dipentaskan pada acara-acara seperti tirakatan dan pengajian.