Wednesday, August 13, 2014

Ungkapan Jiwa dalam Irama Karawitan

Orkestra Jawa (krawitan)

Berbagai macam seni budaya yang berkembang di desa Kaligono seperti Jaran Kepang, Incling, Dolalak, Wayang Orang, Wayang Kulit, dan Kethoprak tidak dapat dilepaskan dari peran musik pengiringnya yang biasa dikenal dengan Karawitan. Istilah Karawitan diambil dari kata rawit yang artinya adalah halus serta indah. Dengan demikian, seni Karawitan sangat identik dengan musik Jawa yang iramanya halus serta indah untuk didengar. Hampir sama dengan berbagai jenis kesenian lainnya, kesenian ini pada awal berkembangnya juga bersamaan saat penyebaran agama Islam yang  waktu itu menyampaikan dakwah melalui berbagai seni budaya.
Dalam suatu pertunjukan musik Karawitan, terdapat berbagai komponen pokok yang harus ada diantaranya adalah gamelan, niyogo atau penabuh gamelan, dan sinden atau penyanyi Jawa. Gamelan sendiri merupakan seperangkat alat musik yang mengiringi suatu pertunjukan Karawitan dan terdiri dari berbagai macam bentuknya seperti kenong, kendang, slenthem, gong, bonang, gender, demung, rebab, serta peking. Untuk menciptakan suatu orkes gamelan yang padu, para niyogo harus memainkan gamelannya dengan kombinasi nada-nada slendro atau pelog. Nada slendro dalam Karawitan artinya satu tangga nada hanya terdiri dari 5 oktaf nada yakni 1 2 3 5 6  dengan perbedaan interval kecil. Sedangkan nada pelog artinya satu tangga nada terdiri dari 7 oktaf nada yakni 1 2 3 4 5 6 7  dengan perbedaan interval besar. Selain itu, dalam satu kali pementasan Karawitan, juga terdapat berbagai aturan memainkan gamelan yang semakin menambah keunikan kesenian ini yakni misalnya satu kali putaran atau patet dibatasi oleh satu kali gongan.
Mendasarkan pada karateristik Karawitan, banyak orang kemudian meyakini bahwa Karawitan bagaikan ungkapan jiwa dari masyarakat Jawa. Hal tersebut dikarenakan untuk menampilkan suatu pertunjukan Karawitan yang harmonis membutuhkan karakteristik halus, tenang, dan selaras selayaknya jiwa masyarakat Jawa. Wujud paling nyata dari karakter tersebut dalam Karawitan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron, bonang, kendang, serta gong di setiap penutup irama. Melihat berbagai keunikan dari kesenian ini, maka tidak ada alasan bagi masyarakat Indonesia khususnya Jawa untuk tidak melestarikannya. Salah satu caranya adalah mulai berkunjung ke desa Kaligono dan mempelajari seni musik Karawitan.